Perangi Stunting, Widya Murad Ismail Ajak Generasi Muda Maluku Makan Ikan
JAKARTA, LELEMUKU.COM – Duta Parenting (Perangi Stunting) Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, mengajak masyarakat Maluku untuk bersama-sama perangi stunting dengan gemar makan ikan.
Hal ini disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku ini usai menghadiri puncak peringatan Hari Ikan Nasional (Harkanas) Ke-6 di Jakarta Convention Centre (JCC) Jakarta, Sabtu (14/12).
“Kita perlu mendorong anak-anak untuk makan ikan. Daerah kita Maluku luas perairan lautnya, lebih luas dari daratan. Potensi kita kaya akan ikan, tetapi tingkat konsumsi ikan kita masih termasuk rendah. Padahal ikan punya potensi yang besar untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak,” katanya.
Sebagai sumber protein, Widya meyakini berbagai kandungan nutrisi ikan sangat baik untuk masa tumbuh kembang anak. “Jangan sampai kita sia-siakan potensi yang ada. Tadi dalam sambutannya, pak Menteri Kelautan dan Perikanan juga menunjukkan komitmennya untuk perangi stunting,” ungkapnya.
Guna mendorong tingkat konsumsi makan ikan di Indonesia, pemerintah menetapkan Hari Ikan Nasional (Harkanas) yang diperingati setiap tahun pada setiap tanggal 21 November. Peringatan Harkanas kini telah memasuki tahun keenam, sejak ditetapkan melalui Keppres Nomor 4 Tahun 2014.
Ada dua poin penting yang mendasari ditetapkannya Harkanas. Pertama, ikan sebagai bahan pangan yang mengandung protein berkualitas tinggi berperan penting dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia dan ketahanan pangan dan gizi nasional. Kedua, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi perikanan yang perlu dimanfaatkan secara optimal dan lestari.
Pada peringatan Harkanas 2019 yang dihadiri oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Edhy Prabowo, menteri dalam sambutannya dihadapan para Ketua Tim Penggerak PKK Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota menjelaskan bahwa, salah satu program utama pemerintah kedepan adalah memberantas stunting.
Menurut politisi Partai Gerindra ini, ikan menjadi salah satu jawaban untuk mengatasinya. Untuk itu, lanjut Edhy, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah mengkampanyekan gemar makan ikan di masyarakat luas.
“Ini menjadi tugas kita bersama. KKP bersama kementerian/lembaga lainnya akan bekerja sama. Tentunya, kita juga mengajak pemerintah daerah. 34 bupati sudah menunjukkan dedikasinya untuk melawan stunting. Mari kepala-kepala daerah lainnya ikut bergabung,” ajaknya.
Dalam sambutannya, ia membahas soal stunting, masalah gagal tumbuh pada anak-anak kekurangan gizi kronis, bisa ditangani dengan dukungan dari ibu-ibu. Edhy menyebut peran wanita cukup penting dalam membangun ekosistem manusia yang terbebas dari pengerdilan.
“Kita harus akui semua harus di ibu-ibu. Jika sudah melakukan dan sudah berkomunikasi baik dengan ibu-ibu PKK, lebih dari 80 persen masalah bangsa ini bisa selesai,” ujarnya.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk (HumasMaluku)