AS, Jepang dan Korsel Tingkatkan Kerja Sama Keamanan untuk Lawan Uji Coba Nuklir Korut
pada tanggal
Friday, December 16, 2022
Edit
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan pada Selasa menegaskan kembali kerja sama keamanan mereka dalam pencegahan terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang meningkat, sementara tetap terbuka untuk pembicaraan denuklirisasi dengan Pyongyang, sehubungan dengan uji coba rudal yang semakin sering tahun ini, kata Perwakilan Khusus AS untuk Utara Korea.
Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara Sung Kim bertemu dengan mitranya dari Korea Selatan dan Jepang dalam pertemuan trilateral kelima para delegasi negara-negara nuklir di Indonesia untuk membahas meningkatnya ancaman dari Korea Utara di wilayah tersebut dan setuju untuk mengkonsolidasikan upaya untuk memastikan Korea Utara tidak menghindari sanksi PBB dan sanksi internasional lainnya dalam mengembangkan program nuklir dan misilnya.
Pertemuan tersebut diadakan di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta karena Kim juga merupakan duta besar AS untuk Indonesia dan ia mengikuti KTT trilateral pemimpin negara AS, Korea Selatan dan Jepang di Phnom Penh pada November di sela-sela KTT ASEAN.
"Perilaku Pyongyang, tahun ini, sekali lagi membuktikan bahwa DPRK merupakan salah satu tantangan keamanan paling serius di kawasan ini dan sekitarnya," kata Kim merujuk pada nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Dia menambahkan bahwa ancaman dari DPRK bukan hanya masalah untuk Asia Timur atau Amerika Serikat, tetapi masalah global tentang pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik yang terus melanggar hukum, program siber jahatnya, dan pelanggarannya terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kim Gunn, Perwakilan Khusus Korea Selatan untuk Urusan Perdamaian dan Keamanan Semenanjung Korea, mengatakan Pyongyang telah mengabaikan kesulitan warganya dan menyia-nyiakan sumber dayanya yang langka untuk ambisinya mengembangkan senjata nuklirnya.
"Pengembangan senjata nuklir Pyongyang tidak menghasilkan apa-apa. Hanya merusak keamanannya sendiri, isolasi diplomatik yang berkepanjangan, dan menghancurkan ekonominya. Sangat disesalkan," kata utusan Korea Selatan tersebut.
Kim Gunn juga mengatakan bahwa China memiliki kemampuan untuk melibatkan Korea Utara dan berharap China akan terus memainkan peran konstruktif dalam masalah ini.
Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam pertemuan bilateral dengan mitranya dari China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Bali bulan lalu bahwa China memiliki kewajiban untuk memberi tahu Korea Utara agar menghentikan uji coba nuklirnya.
Jepang mengatakan mereka akan memperdalam kerja sama negaranya di PBB dan di antara negara-negara yang berpikiran sama termasuk pemberian sanksi, menyusul peningkatan penggunaan veto terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB terkait Korea Utara tahun ini.
Pada 26 Mei, China dan Rusia memveto resolusi AS yang akan memberlakukan sanksi terhadap Korea Utara, menyebabkan Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi sanksi baru terhadap Korea Utara karena penentangan dari dua negara pemegang hak veto tersebut.
"Dalam hal ini, kami akan lebih waspada terhadap ancaman siber Korea Utara, mengingat aktivitas jahatnya yang intensif di dunia maya," kata Funakoshi Takehiro, Direktur Jenderal Biro Urusan Asia dan Oseania Kementerian Luar Negeri Jepang.
Jepang juga akan mempelajari semua opsi termasuk kemampuan serangan balik, setelah peluncuran rudal Korea Utara yang meningkat tahun ini, yang digambarkan Funakoshi memiliki frekuensi dan menggunakan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Provokasi Korea Utara yang meningkat termasuk rudal balistik antarbenua yang mendarat di zona ekonomi eksklusif Jepang pada bulan November dan menurut pejabat Jepang, jangkauannya bisa melebihi 15.000 kilometer untuk mencakup seluruh daratan AS.
Terlepas dari ancaman itu, Jepang mengatakan tetap terbuka untuk berdialog dengan Korea Utara.
“Komitmen kami terhadap denuklirisasi akan tetap teguh. Korea Utara tidak akan pernah diakui sebagai negara nuklir,” kata Funakoshi.(BenarNews)