Lukas Enembe, Anak Ideologis Bung Karno dan Negarawan dari Tanah Papua
Lukas Enembe sosok pemimpin dan pelayan yang sangat dekat dengan rakyatnya. Perjuangannya membangun Tanah Papua mulai dari karir yg paling bawa sebagai PNS hingga dua periode Bupati Puncak Jaya dan dua periode Gubernur Provinsi Papua. Visi membangun bangsanya selalu menjadi kontroversi, tidak sedikit kritik dari berbagai pihak dengan berbagai cara termasuk kritik yang disampaikan melalui aksi demonstrasi yang harus dihadapinya.
PON dilihatnya sebagai event olahraga tingkat nasional yg dapat membangkitkan dan mempromosikan Papua bahkan agenda PON juga dilihatnya sebagai peluang penyatuan dan pembangunan Papua.
Gubernur Lukas membentuk team agar kelak PON digelar diatas Tanah Papua. Dengan team yg dibentuknya berjuang dgn optimisme yang tinggi, semua kekurangan yg ada di Papua tidak membuatnya mundur. Hasil dari perjuangan penunjukan PON diatas Tanah Papua, fasilitas-fasilitas skala internasional-pun berhasil dibuatnya dan PON berjalan sukses.
Tampilan wajah kota/kabupaten Jayapura sebagai pusat perabadan orang Papua dibuatnya berbeda dari sebelumnya, diantaranya Stadion Lukas Enembe di kampung Harapan dan gedung² event PON lainnya. Tidak hanya itu, proyek mercusuar lainnya seperti kantor DPRP, kantor Gubernur yg diresmikan kemarin, kantor MRP, Jembatan Merah dan masih banyak lagi, fasilitas publik yang dibangunnya.
Di tengah keterpurukan situasi politik dan konflik di Papua. Di tengah sorotan nasional yang terus menetapkan Papua sebagai daerah tertinggal dan termiskin. Sorotan KPK dengan nilai uang 1 miliar yang cukup menyita perhatian publik Indonesia terutama warga Papua. Kondisi kesehatannya yang masih dalam proses pemulihan akibat stroke yang dideritanya sejak 2 tahun terakhir. Lukas Enembe terus berjuang mengakhiri periode masa jabatannya sebagai Gubernur Papua dengan sukses dan paripurna. Bagi Lukas Enembe momen PON dan pembangunan proyek mercusuar di Papua adalah sebuah bukti kepada warga Indonesia dan dunia, bahwa Papua adalah Provinsi Kaya Raya yang besar dan tidak dapat dipandang sebelah mata.
Bung Karno menjadi presiden pertama Indonesia, Soekarno dihadapkan pada tantangan berupa rendahnya kualitas sebagian besar SDM rakyat Indonesia. Selama menjabat sebagai presiden pada tahun 1945 sampai tahun 1966, Bung Karno telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mewujudkan perubahan untuk Indonesia. Salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Soekarno menggulirkan sejumlah program beasiswa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Saat itu, beasiswa berupa bantuan negara lain. Diantarannya Russia, Belanda, Amerika, Jepang dan negara-negara lain di Eropa.
Sukarno di saat situasi politik dan keamanan yang terus mengonjang ganjing ketahanan nasional Indonesia. Sukarno tetap dengan gigih memperjuangkan pembangunan proyek mercusuar sebagai salah satu upaya peningkatan citra bangsa Indonesia di mata komunitas dunia. Hanya dalam waktu empat tahun sejak pertunjukan Dewan Federasi Asian Games tanggal 25 Mei 1958, Presiden Soekarno merasa wajib untuk mewujudkan Jakarta sebagai representasi yang dapat memberikan tampilan wajah Indonesia kepada dunia.
Ketika Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games, Sukarno mulai memanfaatkan moment ini untuk menunjukan kondisi Indonesia kepada dunia, walaupun Indonesia tidak memiliki tempat untuk menyelenggarakan acara olahraga terbesar benua Asia yang diikuti oleh 17 negara waktu itu. Meski kondisi Indonesia sebenarnya belum benar-benar siap karena masih sedang dilanda krisis keuangan, Soekarno tetap bersikukuh membangun proyek mercusuar diantaranya; Stadion Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia, Jembatan Semanggi, Monument Selamat datang, Monas dan Gedung DPR/MPR-RI. Akibat dari semua proyek-proyek mercusuar di atas menyebabkan krisis ekonomi di masa kepemimpinan Soekarno. Kebutuhan sehari-hari sulit dipenuhi dan inflasi juga meningkat tajam. Kendati demikian, Soekarno tetap melanjutkan proyek mercusuarnya untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang besar.
Kedua pemimpin kharismatik Lukas Enembe dan Soekarno adalah pemimpin yang merakyat, berpikir besar diluar batasan-batasan kemampuan kebanyakan politisi dan rakyat Indonesia. Mereka sangat mencintai bangsa mereka, sangat percaya akan kamampuan bangsa mereka. Kedua tokoh ini mempunyai kemampuan diplomasi yang diakui di tingkat nasional dan bahkan dunia walaupun masing-masing berjuang sesuai dengan kapasitas dan jamannya berbeda sebagai Gubernur dan Presiden. Mereka tetap yang terbaik dalam sejarah peradaban pembangunan manusia Indonesia sepanjang sejarah. Nama mereka akan selalu terukir dalam sejarah pembangunan nasional Indonesia untuk selamanya.
Samuel Tabuni, M.Si, MAJEd
Founder Universitas Internasional Papua (UIP) & CEO Papua Language Institute (PLI)