-->

Widya Murad Ismail Apresiasi Peluncuran Buku Sio Ina sebagai Gerakan Feminisme dan Hakekat Ibu

AMBON, LELEMUKU.COM – Di tengah kesibukan dan kondisi kesehatan yang belum pulih dari sakit, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku, Widya Murad Ismail, menghadiri undangan Wanita Penulis Indonesia (WPI) Cabang Ambon dalam acara peluncuran buku antalogi esai perempuan Maluku “Sio Ina” yang berlangsung secara sederhana di halaman The Gade Coffee, Ambon, Senin malam (23/12).

“Selaku ibu Gubernur, ibunya orang Maluku, saya menyambut baik dan mengapresiasi WPI yang telah mengambil inisiatif untuk mengkonsolidasi dan mewadahi 30 perempuan Maluku dari berbagai latar belakang dan profesi serta usia, untuk menulis esai dari pengalaman paling mendalam dan personal masing-masing orang, tentang sosok Ibunya,” kata Widya saat membuka peluncuran buku.

Dikatakannya, dalam semangat memperingati Hari Ibu sekaligus Hari Kebangkitan Perempuan Indonesia, kehadiran buku “Sio Ina” menjadi sangat penting sebagai bagian dari sebuah gerakan feminisme, sekaligus membangun kesadaran kolektif tentang hakekat Ibu dalam kehidupan setiap orang.

“Ibu adalah guru yang pertama, dan utama bagi anak. Ungkapan ini tidaklah berlebihan bila melihat peran dan fungsi Ibu dalam rumah tangga, terlebih dalam menyiapkan generasi penerus. Siang malam, bahkan dari pagi sampai kembali pagi, Ibu tidak hanya dihadapkan dengan urusan domestik dan privat rumah tangga, seperti; terkait dengan suami, anak-anak dan rumah, tetapi juga dihadapkan dengan berbagai urusan publik,” bebernya.

Meskipun hidup dalam dominasi budaya patriarki, kata Widya, namun sosok Ibu dalam kosmologi orang Maluku, sangatlah dihormati dan kerap menjadi sumber inspirasi. Dalam berbagai budaya di Maluku, kita akan menemukan sejumlah istilah dalam bahasa setempat, untuk seorang Ibu.

Ada Asnib di Maluku Tenggara, Ina di Maluku Tengah, Ambon, Maluku Barat Daya, Buru Selatan, juga Seram Bagian Barat. Ada pula Renad di Tual, Enang di Kepulauan Tanimbar, Jinang di Kepulauan Aru, dan Nina di Seram Bagian Timur.

“Tidak salah bila kemudian, kita menemukan banyak sekali lagu-lagu Maluku yang mengangkat tema Ibu. Pada teks-teks lagu Maluku, Ibu atau Mama, sering digambarkan sebagai sosok yang kuat. Sebagai orang yang tidak mudah menyerah dengan apa yang dia perjuangkan untuk anak-anak, dan keluarganya. Ibu juga digambarkan sebagai orang yang selalu mengajari tentang arti dari nilai-nilai kehidupan,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, dalam struktur keluarga Maluku, interaksi anak banyak terjalin dengan Ibunya. Sosok yang melahirkan kehidupan ini memiliki peran sebagai episentrumnya keluarga. Peran Ibu sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya, tidak hanya sekadar mendidik dan mengasuh. Namun juga memberikan fungsi afeksi yang dapat berpengaruh pada kondisi mental anak.

“Ibu adalah madrasah pertama, sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bila setiap Ibu memahami esensi ini, maka dia akan mempersiapkan generasi terbaik bagi bangsa dan negara ini,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua WPI Cabang Ambon, Roesda Leikawa, mengatakan, penulisan dan penerbitan buku “Sio Ina” untuk memperingati Hari Ibu dan Hari Kebangkitan Perempuan Indonesia. Persiapan kegiatan ini, kata dia, mulai dari penulisan hingga penerbitan naskah 30 perempuan Maluku menjadi sebuah buku, hanya membutuhkan waktu 19 hari. Sementara Kata Pengantar buku “Sio Ina”, ditulis oleh Ina Widya.

“Buku ini kami persembahkan buat para Ibu, seluruh Ina-Ina di Maluku,” katanya.

Peluncuran buku antalogi esai perempuan Maluku diisi dengan sejumlah acara, yakni testimoni dari sastrawan perempuan Maluku Anna Lewier, pembacaan puisi oleh penyair Maluku Rudi Fofid, pembacaan esai milik dua perempuan cilik Latifa dan Zaneta, suguhan lagu “Sio Mama” ciptaan Melky Goeslaw oleh penyiar RRI Ambon Lisa, ditutup suguhan lagu “Bunda” ciptaan Melly Goeslaw oleh Gerakan Pejuang Perempuan Milenial and Friends. (HumasMaluku)

Recent Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel