-->

Rusia dan Negara ASEAN Lakukan Latihan Gabungan di Laut Sumatra

Rusia-ASEAN Lakukan Latihan Gabungan di Laut Sumatra

JAKARTA, LELEMUKU.COM - Rusia dan ASEAN akan melakukan latihan angkatan laut bersama pada awal Desember, demikian disampaikan kedutaan Rusia dan pejabat Angkatan Laut Indonesia, Selasa (23/11/2021).

Latihan yang akan dilakukan pada 1 - 3 Desember di perairan Indonesia dekat Sumatra akan menjadi yang pertama melibatkan Rusia dan ASEAN di tengah upaya Moskow untuk memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara.

“Tujuh negara termasuk Myanmar akan mengirimkan kapal perangnya,” kata juru bicara misi Rusia untuk ASEAN, Natalia Naumova, kepada BenarNews.

Latihan gabungan terbagi dalam dua bagian. Bagian awal berlangsung virtual, disusul latihan bersama di laut pada 2-3 Desember 2021, ucap pihak Rusia yang mengatakan kegiatan ini rencananya akan dibuka oleh Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subiakto.

“Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas antara Angkatan Laut negara anggota ASEAN dan Angkatan Laut Rusia untuk memastikan keamanan kegiatan ekonomi maritim dan pelayaran sipil,” demikian rilis kedutaan Rusia.

Natalia menyebut tiga negara tidak dapat mengirim kapal perang sehingga mereka akan ikut serta dalam fase virtual dan kemudian menjadi pengamat dalam fase laut dari latihan.

Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Julius Widjojono mengatakan pelatihan Rusia-ASEAN ini akan diikuti negara-negara ASEAN kecuali Laos dan Kamboja yang hanya mengirimkan tim pemantau. Tidak disebutkan nama negara ke-3 yang juga tidak akan mengirimkan kapal perangnya.

Latihan digelar di perairan timur Sabang di Aceh dengan melibatkan KRI I Gusti Ngurah Rai 332, satu helikopter Panther, dan satu pesawat CN-235 dari pihak Indonesia.

"Latihan ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ASEAN dan Rusia ke depannya dan meningkatan keamanan maritim regional," ujar Julius kepada BenarNews.

"Total akan ada sembilan kapal yang berpartisipasi," lanjut Julius.

Angkatan Laut Rusia akan diwakili oleh kapal perusak Armada Pasifik Rusia Admiral Panteleyev, kata pernyataan Kedutaan Besar Rusia.

Latihan bersama ini merupakan hasil dari konferensi tingkat tinggi ke-4 antara Rusia dan ASEAN yang dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin secara virtual bulan lalu.

"Rusia dan negara-negara ASEAN, dalam banyak hal, memiliki posisi yang sama pada isu-isu utama dunia dan wilayah. Yang penting adalah bahwa kita semua mendukung kerja sama yang setara dan saling menguntungkan di kawasan Asia Pasifik yang luas," ujar Putin, dalam pertemuan pada Oktober itu seperti dikutip kantor berita Russia TASS.

Putin menekankan bahwa meningkatkan hubungan dengan ASEAN telah menjadi salah satu prioritas kebijakan luar negeri Rusia.

Pengumuman pelatihan Rusia – ASEAN ini bersamaan dengan diluncurkannya delapan hari pelatihan antara Angkatan Laut Amerika dan Malaysia di Selat Melaka untuk “memastikan” kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Pelatihan Angkatan Laut Amerika dan Malaysia itu berfokus pada spektrum kemampuan angkatan laut kedua negara untuk bekerja sama menuju tujuan bersama dalam memastikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” demikian statemen Angkatam Laut Amerika.

Bukan yang pertama

Secara bilateral, angkatan laut beberapa negara ASEAN pernah beberapa kali melakukan latihan bersama dengan Rusia. Pada Desember 2020, tiga kapal TNI Angkatan Laut dan tiga milik Rusia menggelar latihan bersama dengan tajuk Rusindo-20 di perairan Laut Jawa.

Adapula Vietnam yang pada November 2019 menggelar latihan bersama Rusia di Laut Cina Selatan – atau Hanoi menyebutnya sebagai Laut Timur.

Rusia sendiri kini tercatat sebagai negara dengan kekuatan angkatan laut terbesar ketiga di dunia, di bawah Amerika Serikat dan China.

Dalam pernyataan usai pembahasan latihan gabungan yang digelar secara daring pada Oktober lalu, Direktur Kerja Sama Internasional Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Binsar Parluhutan Sianipar berharap latihan latihan bersama dapat meningkat kerja sama antara Rusia dan ASEAN.

"Agar terjalin hubungan yang lebih kuat, menuju hubungan yang lebih bermanfaat," kata Binsar dikutip dari situs kementerian.

Pada 28 Oktober lalu, negara-negara ASEAN dan Rusia telah pula menggelar pertemuan keempat secara daring yang menghasilkan sejumlah kesepakatan seperti komitmen menjaga keamanan dan stabilitas regional.

Pakar keamanan internasional dari Universitas Indonesia, Arie Afriansyah mengatakan latihan bertujuan untuk memastikan keamanan pelayaran komersial di Selat Malaka, yang merupakan salah satu jalur tersibuk di dunia.

Menurutnya, Indonesia memiliki kepentingan paling besar dalam latihan ini, sehingga Indonesia bersedia menyediakan wilayah lautnya sebagai arena.

“Sebagian besar Selat Malaka kan juga ada wilayah Indonesianya juga,” katanya.

Kunjungan Menlu Prancis


Sementara itu, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian melakukan lawatan resmi ke Indonesia dari 23 -24 November. Ini merupakan kunjungan pertamanya ke Asia Tenggara sejak awal pandemi COVID-19.

“(Le Drian) dijadwalkan akan bertemu Menlu RI besok (Rabu) di Jakarta,” ujar Jubir Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada BenarNews.

Kedutaan Besar Prancis di Jakarta yang mengatakan Le Drian juga akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.

“Menlu Prancis akan menegaskan kembali komitmen Prancis di kawasan Indo-Pasifik serta keinginannya untuk membangun sebuah kemitraan berkelanjutan dengan Indonesia, negara yang berada di jantung strategi Prancis, di wilayah Indo-Pasifik,” kata Kedubes Prancis dalam rilis yang diterima BenarNews.

Menurut rencana sejumlah kerjasama akan diperkuat seperti bidang keamanan, multilateralisme, bidang kemaritiman. Sementara Prancis juga akan menyepakati beberapa kerjasama baru dibidang kesehatan dan digital, kata kedutaan.

Setelah itu, Le Drian juga dijadwalkan bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Prabowo secara terpisah.

Badan Prancis untuk Pembangunan (AFD) akan mendanai proyek energi terbarukan senilai 500 juta euro bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk mendukung Indonesia dalam transisi ekologinya, kata pernyataan kedutaan.  

Kunjungan ini disebut sebagai upaya Prancis untuk mempererat hubungan yang lebih dalam di kawasan Indo-Pasifik sebagai imbas batalnya kesepakatan pertahanan strategis dengan Australia pada bulan September.

Sebelum Indonesia, Prancis juga berupaya memperkuat hubungan di kawasan dengan melakukan kunjungan dan pertemuan tingkat tinggi ke Jepang, India dan Vietnam.

Paris menuduh sekutunya menikamnya dari belakang ketika Australia memilih kapal selam bertenaga nuklir yang akan dibangun dengan teknologi AS dan Inggris alih-alih program kapal selam Prancis bernilai miliaran dolar.

Berperan besar

Terkait dengan rencana Prabowo membeli jet tempur Rafale milik Prancis, Arie dari Universitas Indonesia menilai itu hal wajar.

“Artinya ketika Prancis menawarkan alutsista ke Indonesia wajar saja karena Indonesia membuka diri ke berbagai pihak dalam hal pengadaan alutsistanya dan kebetulan kita memang sedang butuh alat itu,” kata dia.

“Jet tempur Rafale bisa digunakan untuk mengamankan ruang wilayah udara Indonesia dari barat sampai timur. Artinya banyak squadron Indonesia yang memang harus diperkuat, tidak hanya untuk wilayah Laut Natuna Utara saja,” ujarnya

Selain itu, ia menilai, Prancis memiliki pandangan sama dengan Amerika Serikat tentang Indo-Pasifik.

“Prancis tentunya akan mencoba untuk ikut bermain di kawasan yang dianggap penting oleh Amerika Serikat, sehingga dia berharap Amerika Serikat dan sekutunya kembali bisa dekat lagi dengan Prancis,” ujarnya. (Tria Dianti/ Arie Firdaus| BenarNews)

Recent Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel